A. Tujuan :
Untuk mengetahui pencernaan nutrient pakan melalui
proses hidrolisis oleh enzim dan mengetahui fungsi organ sekreternya.
B. Tinjauan Pustaka :
Pada umumnya hanya sebagian kecil saja makanan yang
dimakan berada dalam bentuk yang telah siap untuk diserap oleh sel-sel penyerap
di permukaan penyerapan untuk kemudian dimasukkan ke cairan darah atau cairan
getah bening. Zat-zat yang telah berkeadaan sederhana seperti air, garam-garam
dan vitamin bebas tidak memerlukan pencernaan terlebih dahulu sebelum diserap.
Sebagian terbesar zat-zat makanan berupa senyawa-senyawa kompleks yang berbobot
molekul tinggi. Zat-zat makanan demikian harus terlebih dahulu dicerna dan
diuraikan secara hidrolitik menjadi senyawa-senyawa sederhana supaya siap untuk
penyerapan. Zat-zat makanan yang kompleks harus diubah menjadi zat-zat gizi
sedehana. Zat makanan protein harus terlebih dahulu diuraikan, dihidrolisis
menjadi asam-asam pembangunnya. Zat gizi asam amino itulah yang siap untuk di
serap, ia adalah molekul sederhana yang ber-BM rendah. Polisakarida zat pati
dan oligosakarida harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida
pembangunnya yaitu D-glukosa. Sebagian kecil lemak diuraikan menjadi asam lemak
bebas yang masih utuh dijadikan emulsi lemak. Reaksi monomer-monomer sederhana
itulah hakiki proses pencernaan. Jadi pencernaan bermaksud menghasilkan zat-zat
gizi dari zat-zat makanan.
Ada beberapa faktor yang dapat membantu atau
memperbaiki pencernaan; selain itu faktor lain dapat mempertinggi jumlah
makanan yang dikonsumsi. Proses pemasakan makanan dapat menghasilkan beberapa
perubahan pada sifat fisik serta sifat fisikokimia pada makanan dan pada
zat-zat makanan. Pemasakan melunakkan bahan makanan dan dapat memecahkan
dinding sel yang terdiri dari zat serat sellulosa sehingga isi sel dapat mudah
berhubungan dengan cairan pencernaan. Pemanasan akan menggumpalkan protein
larut serta menimbulkan senyawa-senyawa citarasa yang memberi rasa serta
bau sedap pada makanan; bau serta rasa sedap tersebut dapat merangsang selera
yang akan mempertinggi jumlah makanan yangt dimakan. Bau serta rasa makanan
yang memenuhi selera memperlancar sekresi cairan liur serta cairan pencernaan
yang lain. Buah yang telah masak memiliki bau, rasa serta sifat-sifat citarasa
yang lain yang lebih disukai. Fermentasi ikan kembung dan protein susu
memberikan perubahan citarasa yang menyebabkan bahwa ikan peda dan keju
digemari. Tahu susu yang dihasilkan hanya dengan menggumpalkan kasein serta
albumin susu tanpa fermentasi akan menghasilkan tahu susu yang hambar rasanya.
Ikan peda goreng sangat merangsang rasa lapar pada kebanyakan orang Indonesia,
jauh melebihi ikan kembung goreng yang tidak mengalami fermentasi. Disintegrasi
atau menggiling bahan makanan akan sangat membantu proses pengunyahan makanan.
Memperkecil butiran makanan atau bahan makanan berarti memperluas permukaan
relative makanan sehingga akan memperluas permukaan yang berhubungan dengan
enzim-enzim pencernaan. Kadar air yang tinggi pada massa makanan yang dicerna
bercampur dengan beberapa macam cairan pencernaan akan menjamin proses
hidrolisis makanan. Yang terpenting dalam hal hidrolisis ini adalah enzim-enzim
pencernaan.
Sistem pencernaan atau saluran gastrointestinal
sebenarnya adalah suatu yang dimulai dari mulut sampai pada pelepasan. Bahan
makanan yang terdapat dalam saluran itu sebenarnya masih ada di luar badan.
Bahan itu akan masuk dan merupakan bagian dari badan apabila bahan tersebut
sudah menembus dinding saluran atau diabsorbsi oleh dinding intestin.
Proses pencernaan dapat dikatakan sebagai pencampuran
dan penguraian bahan makan oleh beberapa sekresi yang berlangsung dalam semua
saluran. Kimiawi , pencernaan ialah hidrolisis bahan makanan menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk jasad
hidup. Polisakarida yang merupakan bagian dari makanan dipecah menjadi
monosakarida, protein menjadi asam amino dan trigliserida menjadi gliserol dan
asam lemak. Pemecahan-pemecahan itu dimaksudkan agar supaya pecahan tadi cukup
kecil sehingga bisa menembus dinding saluran intestinal. Hidrolisis itu
dikatalisis oleh enzima, yang disekresikan oleh organ-organ tertentu.
Pencampurannya dengan bahan makanan berlangsung pada tempat dan saat yang
tepat sewaktu bahan itu melewati tempat-tempat tertentu pada saluran.
Enzima-enzima pencernaan dapat dibaca dalam tabel di bawah ini.
Tabel . Enzima-enzima pencernaan
Tempat sekresi
|
Enzima
|
Lokasi Kerja
|
Subtrat
|
Hasil
|
Mulut
|
Amilase ludah (Ptialin)
|
Mulut
|
Pati
|
Maltosa
Dextrin
|
Perut
|
Pepsin
|
Perut
|
Protein
|
Pepton
|
Pankreas
|
Amilase
|
Usus kecil
|
Pati
|
Maltosa
|
Pankreas
|
Tripsin
|
Usus kecil
|
Protein
|
Peptida sederhana
|
Pankreas
|
Khimotripsin
|
Usus kecil
|
Protein
|
Peptida sederhana
|
Pankreas
|
Lipase
|
Usus kecil
|
Trigliserida
|
Asam lemak gliserida
|
Usus kecil
|
Disakarida
|
Usus kecil
|
Disakarida
|
Monosakarida
|
Usus kecil
|
Nukleotida
|
Usus kecil
|
Nukleotida
|
Nukleosida fosfat
|
Sampai seberapa jauh bahan makanan itu dapat dicerna
(daya cerna, “digestibility) tergantung pula dari penyiapannya. Penggodogan
akan memecahkan selaput sellulosa yang melapisi butiran pati sehingga
memudahkan pati itu untuk dicerna. Jaringan kolektif pada daging tersebut
terasa lebih lunak dan mudah dicerna. Koagulasi protein karena penggodogan akan
menaikkan digestibilitinya. Perubahan kimia dan biokimia yang berlangsung dalam
buah akan meningkatkan daya dicernanya buah tersebut.
Dalam mulut bahan makanan dikunyah, dilumatkan dan
dicampur dengan ludah yang mengandung enzim ptyalin (amilase saliva)
yang disekresikan oleh beberapa kelenjar, yaitu submaxillaris, sublingualis dan
parotis. pH optimum kerja enzima ini ialah 5,5-6,5. Di tempat ini pencampuran
hanya berlangsung beberapa saat untuk kemudian menuju ke lambung melalui
kerongkongan. Selama dalam mulut dan melalui kerongkongan maka terjadilah
hidrolisis pati menjadi sakarida sederhana dan dextrin. Setelah sampai di
lambung kerja enzima amilase ini berhenti oleh karena karena pH di tempat ini
rendah sekali yaitu 0,85. Penyebab turunnya pH ialah HCl yang dikeluarkan oleh
lambung. Pada keadaan inilah pepsinogen diubah menjadi pepsin yang ada pada
protein, hasilnya ialah polipeptida yang lebih sederhana. Proses pencernaan
dalam lambung berlangsung beberapa jam. pH campuran bahan makanan yang rendah ini
kemudian dinetralisasi dalam usus kecil oleh pankreas. Dari kandung empedu
(“gall bladder”) keluarlah asam empedu (bukan enzima) yang mengemulsikan
lipida. Pankreas juga mengeluarkan amilase yang menghidrolisis sisa
dextrin yang dihasilkan di mulut dan tenggorokan. Pada cabang amilum, Maltase
menghidrolisis maltosa yang terbentuk, menjadi glukosa. Dari pankreas juga
disekresikan enzima-enzima tripsin, khimotripsin, lipase seperti esterase
cholesterol yang menghidrolisis esterkholesterol menjadi cholesterol bebas.
Dinding usus kecil mengeluarkan maltase, invertase dan laktase, sehingga
dengan demikian maka semua sakarida dengan BM besar diubah menjadi
monosakarida. Senyawa penting yang dihasilkannya berturut-turut ialah glukosa,
fruktosa, galaktosa dan ang paling kecil jumlahnya ialah monosa dan pentosa.
Polinukleotida yang ada di dalam bahan makanan oleh nukletidase dan
nukleosidase dihidrolisis menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana yaitu
pentosa, fosfat dan basa N. Bahan makanan yang tadinya utuh terdiri dari
senyawa kompleks pada akhirnya dalam usus kecil diubah manjadi molekul-molekul
sederhana yang mudah diserap melalui dinding intestin ke dalam darah atau
limpha yang pada khususnya menyerap senyawa golongan lipida. Sisa bahan makanan
yang tidak dapat dicerna disalurkan melalui saluran air seni dan usus
besar ke pelepasan.
C. Materi dan Metode :
Materi :
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah labu, penyaring, Erlenmeyer, tabung reaksi, penangas air, kertas saring
dan ember.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
aquades, 0,2 % NaCl, saliva encer, HCl encer, 1 % amilum, larutan yod, larutan
pepsin, 0,4 % HCl, fibrin karmen, fenol merah, ekstrak pankreas netral, 2 %
Na2CO3, fenol red, larutan amilum, air susu, spirtus, serbuk belerang, asetat
glacial, asam asetat, 10 % BaCl2, HNO3 pekat, larutan pepton, larutan MgSO4,
Pereaksi Fouchet.
Metode :
Hal : Fungsi saliva dalam mulut
Salah seorang dari praktikan mula-mula berkumur dengan
air bersih kemudian dengan menggunakan 20 ml 0,2 % NaCl. Kemudian kumuran itu
ditampung ke dalam sebuah labu, kemudian digojok dan disaring (saliva
encer). Setelah itu, kumuran diisikan dengan ke dalam tabung reaksi yang
tersedia dengan 5 ml saliva encer tersebut di atas. Pada tabung pertama
didihkan lalu didinginkan segera dan ditambahkan ke dalamnya 5 ml HCl encer
kemudian 5 ml 1 % amilum. Kemudian tabung yang kedua diberi 5 ml HCl encer
kemudian 5 ml 1 % dan tabung ketiga hanya ditambahkan 5 ml % amilum. Ketiga
tabung tersebut di atas bersama-sama ditempatkan pada penangas air dengan suhu
37ºC. Kemudian diuji setiap menit sekali setetes cairan tabung nomor 3 dengan
larutan yod. Jika pengujian di atas tidak lagi menunjukkan reaksi positif, maka
dihentikan perlakuan di atas dan dikerjakan Uji Benedict. Bila positif
dilakukan uji osazon terhadap ketiga tabung di atas. Mencatat hasil
pengujiannya.
Hal : Pencernaan dalam Lambung
Pada tiga buah tabung reaksi diisi masing-masing
dengan 1 ml larutan pepsin, kemudian ditambahkan ke dalam tabung nomor 1,1 ml
0,4 % HCl dan 2 potong fibrin karmen (Fibrin yang diberi warna Karmen), yang
ketiga mendidihkannya selama 1 menit kemudian segera didinginkan lalu ditambah
dengan 1 ml 0,4 % HCl dan 2 potong Fibrin Karmen. Ketiga tabung ditempatkan di
atas penangas air suhu 37ºC. Mencatat hasil pengamatan pada ketiga tabung
reaksi.
Hal : Fungsi Empedu
Percobaan 1 : Penurunan
tegangan muka oleh garam kholat
Pertama dengan mengisikan 2 tabung reaksi
masing-masing dengan air dan larutan empedu encer. Kemudian menaburkan serbuk
belerang di atas permukaan cairan. Selanjutnya mengamati keadaan serbuk
itu.
Percobaan 2 : Percobaan Oliver
Pertama dengan mengasamkan 3 ml larutan empedu dengan
2 tetes asetat glasial kemudian disaring hingga bersih. Kemudian menambahkan
larutan pepton sama banyak yang sebelumnya telah diasamkan dengan asam asetat
dan disaring sampai jernih. Setelah itu mencatat timbulnya kekeruhan
(reaksi antara protein dan asam kholat).
Percobaan 3 : Pigmen-pigmen empedu (Fouchet)
Ke dalam tabung Erlenmeyer dimasukkan 15 ml larutan
empedu kemudian di masuk. Kemudian ditambahkan tetes larutan MgSO4 jenuh
dan 5 ml 10% BaCl2 kemudian dimasak lagi dan dibiarkan terbentuknya endapan,
selanjutnya disaring. Kemudian tetesilah endapan pada kertas saring itu dengan
1-2 tetes pereaksi Fouchet. Selanjutnya mencatat warna (hijau) yang timbul pada
endapan itu.
Percobaan 4 : Pigmen-pigmen empedu (Gmelin)
Ke dalam tabung reaksi yang tealh terisi dengan 3 ml
HNO3 pekat dituangkan 1 ml larutan empedu encer (hati-hati melalui tabung)
sehingga terjadi 2 lapisan. Mencatat warna yang timbul pada bidang batas
lapisan tadi.
D. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk
mengetahui nutrien pakan melalui proses hidrolisis oleh enzim dan mengetahui
fungsi organ sekreternya. Percobaan kali terdiri dari beberapa percobaan antara
lain : fungsi saliva dalam mulut, pencernaan dalam lambung, pencernaan oleh
pankreas, fungsi empedu. Cairan liur adalah campuran hasil sekresi berasal dari
kelenjar submaksilaris, sublingualis, parotis serta kelenjar pipi (buccalis)
yang sesungguhnya berbeda-beda. Pada percobaan 1 dilakukan untuk menguji
daya amilolitik saliva dengan menggunakan 3 tabung yang diisi air kumuran yaitu
dengan hasil dari tabung satu adalah 5 ml saliva didihkan kemudian
didinginkan ditambah 5 ml amilum 1 % dan setelah itu ditempatkan pada penangas
air 37ºC dari hasil menunjukkan pada 10 menit pertama warna larutan mendekati
atau sama dengan iod setelah 3 menit kedua setelah larutan diber iod warna
larutan tetap sama dengan iod. Sedangkan pada tabung kedua yang diisi dengan 5
ml saliva kemudian didinginkan ditambah 5 ml HCl encer ditambah 5 ml amilum 1 %
ditempatkan pada penangas air 37ºC menunjukkan hasil pada 10 menit (1) berwarna
hitam pekat, 3 menit pertama berwarna hitam, 3 menit (2) berwarna hitam, 4 (1)
berwarna hitam, 5 (10 berwarna hitam 3 menit (6) berwarna coklat tua, 3 menit
(7) berwarna coklat, 3 menit (8) berwarna coklat muda, 3 menit ke (9) berwarna
sama dengan larutan iod.. Berbeda dengan hasil pengamatan pada tabung 3 diisi
dengan 5 ml saliva didinginkan dan ditambah 5 ml amilum 1 %, ditempatkan pada
penangas air 37ºC menunjukkan hasil pada 10 menit pertama belum terhidrolisis
(warnanya merah padat) sedangkan setelah larutan diberi pada 3 menit (1) telah
terhidrolisis.
Pada percobaan yang kedua ini dilakukan hidrolisis protein oleh pepsin.
Pepsin merupakan enzim yang bekerja pada lambung. Enzim ini disekresi dalam
bentuk yang belum aktif pepsinogen. HCl yang ada dalam cairan lambung akan
mengaktivasi pepsinogen menjadi pepsin. Beberapa faktor ternyata berperan dalam
merangsang sekresi lambung yang dibagi dalam 3 tahap sekresi yakni:
1. Fase psikis atau fase sefalik merangsang sekresi
sebagai akibat mencium bau makanan, merasakan makanan atau melihat makanan.
Jumlah sekresi fase ini diduga tergantung dari selera yang timbul setelah
merasakan, mencium atau melihat makanan bersangkutan.
2. Fase gastrium sebagai rangsangan zat-zat makanan
yang sudah masuk ke rongga gastrium. Fase ini jelas bersifat rangsangan mekanik
dan mungkin juga rangsangan fisikokimia oleh perbedaan-perbedaan susunan
zat-zat makanan. Senyawa kimia yang menyusun makanan bertindak sebagai
sekretogogum dan menimbulkan respons pada sel-sel mukosa pilorus dengan
mengeluarkan suatu hormon yang masuk darah dan sampai ke sel-sel kelenjar
mukosa yang menyekresi cairan lambung.
3. Fase Intestinal, yaitu pada waktu makanan masuk ke
rongga usus duodenum. Setelah duodenum kosong karena makanan telah mengalir ke
daerah di bawahnya maka sekresi lambung berhenti.
Percobaan ini dilakukan menggunakan 3 tabung,
tabung 1 adalah 1 ml pepsin ditambah 1 ml HCl 0,4 % ditambah 2 potong karmen
fibrin dan ditempatkan pada penangas air dengan suhu 37ºC. Hasilnya lebih
terhidrolisis sempurna larutan fibrinnya karena ada enzimnya subtrat dan suhu
sesuai serta pH asam dari HCl (lebih mengembang, bening, kemerah-merahan ke 3).
Sedangkan pada tabung kedua menggunkan air ditambah 1 ml HCl 0,4 % ditambah 2
potong karmen fibrin dan ditempatkan pada penangas air dengan suhu 37ºC
hasilnya menunjukkan warna merah karena air rendaman karmen (sedikit mengembang
karena rendaman air tetap, tidak ada enzim warna merah pudar atau tidak
terhidrolisis sama sekali. Pada tabung ketiga adalah menggunakan 1 ml pepsin
yang didihkan dan ditambahkan 1ml HCl 0,4 % ditambah dengan 2 potong karmen
fibrin dan ditempatkan pada penangas air dengan suhu 37ºC yang menunjukkan
hasil bahwa cairannya yang paling pekat dari ketiga perlakuan tetapi
terhidrolisis sempurna karena mengalami pendidihan sehingga enzim tidak dapat
menghidrolisis (mengembang sedikit karena sudah mengalami pendidihan dan
pendinginan sehingga enzim tidak bekerja dengan maksimal.
Enzim-enzim cairan pankreas disekresikan dalam bentuk
zimogennya tripsinogen dan khimotripsinogen. Pada percobaan ketiga dilakukan
pencernaan oleh pankreas. Percobaan ini dibagi menjadi 3 bagian percobaan yang
meliputi hidrolisis protein, hidrolisis amilum, hidrolisis lemak. Pada
percobaan hidrolisis protein dilakukan dengan menggunakan 3 tabung,
tabung pertama dengan menggunakan 1 ml ekstrak pankreas netral dan 2
tetes Na2CO3 2 % ditambah 2 potong komho merah fibrin lalu ditempatkan pada
penangas air dengan 37ºC. Hasil menunjukkan larutan merah muda, potongan komho
mengembang kemudian setelah mengalami pendinginan kemudian mengendap hal itu
disebabkan karena adanya enzim yang disekresikan oleh ekstrak pancreas. Komho
merah fibrin berfungsi sebagai subtrat protein sehingga protein hidrolisis
terjadi sempurna. Pada tabung yang kedua menggunakan 1 ml ekstrak pankreas
netral ditambah 2 tetes Na2CO3 2 % dan 2 potong komho merah fibrin dan 2 tetes
larutan empedu lalu ditempatkan pada penangas air dengan 37ºC menunjukkan
larutan berwarna merah kekuningan potongan komho mengembang waktu panas dan
mengendap waktu dingin. Na2C)3 berfungsi untuk mengkondisikan basa. Sedangkan
untuk tabung 3 diisi dengan 1 ml air dan 2 tetes Na2CO3 2 % ditambah 2 potong
komho merah fibrin lalu ditempatkan pada pengans air dengan 37ºC menunjukkan
hasil larutan tidak berwarna karena tidak adanya enzim. Percobaan kedua adalah
menggunakan hidrolisis amilum yaitu dengan menggunakan 1 ml amilum 1 % ditambah
5 ml ekstrak pankreas netral diinkubasi pada suhu 37ºC warna larutan menjadi
berwarna bening kekuningan kemudian dilakukan uji iod setalah 6 menit menjadi
warna yod, kemudian dilakukan uji benedict setelah dipanaskan terjadi perubahan
warna dari biru menjadi kuning. Pada percobaan yang ketiga untuk menguji
hidrolisis lemak yang dibagi menjadi 3 tabung. Tabung pertama menggunakan 2 ml
susu ditambah 1 ml ekstrak pankreas netral ditambah 2 tetes larutan empedu
ditambah 4 tetes fenol red ditambah 2 tetes Na2CO3 2 %, kemudian diinkubasi
pada pada suhu 37ºC. Hasil pengamatan menunjukkan hidrolisis lebih sempurna
karena dibantu oleh empedu dan enzim. Empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi
lemah. Pada tabung 3 yang telah diisi dengan 2 ml susu ditambah 1 ml air
ditambah 4 tetes fenol red ditambah 2 tetes Na2CO3 2 % kemudian diinkubasi pada
suhu 37ºC. Hasil pengamatan menunjukkan adanya susu tanpa bantuan enzim maupun
empedu sehingga tidak terjadi hidrolisis.
Cairan empedu ialah cairan ketiga yang bersama-sama
dengan cairan pancreas dan cairan usus masuk ke rongga usus. Cairan empedu
disekresikan secara terus-menerus oleh sel-sel hati, yang kemudian disimpan
sementara di kantong empedu. Empedu yang disekresi hati ber-pH sekitar 7,7,
namun kantong pHnya bervariasi 5,5-7,0 karena bikarbonatnya diserap
kembali. Pada percobaan keempat adalah fungsi empedu. Percobaan ini
dibagi meliputi 3 yaitu penurunan tegangan muka oleh garam kholat, uji gmelin,
uji fouchet. Percobaan penurunan tegangan muka oleh garam kholat dibagi menjadi
2 yaitu tabung 1 yang berisi 2 ml air ditambah serbuk belerang menunjukkan
hasil bahwa terdapat buih di dinding tabung dari serbuk belerang tidak dapat
bercampur tetapi hanya mengapung. Sedangkan pada tabung yang kedua berisi 2 ml
empedu ditambah serbuk belerang menunjukkan hasil bahwa serbuk belerang
tenggelam di dalam larutan empedu dan mengumpul di dasar tabung. Pada percobaan
2 yaitu uji gmelin menggunakan 3 ml HNO3 pekat ditambah 1 ml empedu
melalui dinding tabung menunjukkan hasil yaitu warna terlihat jernih dan tidak
ada endapan. Sedangkan pada uji fouchet dilakukan percobaan dengan menggunakan
7,5 ml empedu masak ditambah 1 tetes MgSO4 jenuh dan ditambah 2,5 NaCl 10
% kemudian dimasak dan disaring menunjukkan hasil bahwa warna tampak keruh
seluruhnya. MgSO4 dan BaCl2 berfungsi untuk membentuk BaSO4 yang akan mengikat
bilverdin. Biliverdin jika direaksikan dengan reaksi biliverdin akan berwarna
hijau.
E. Kesimpulan :
1. Sistem
pencernaan atau saluran gastrointestinal adalah saluran yang dimulai dari mulut
sampai pelepasan.
2. Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan bahwa proses-proses yang terjadi dalam pencernaan
adalah penguraian dan pencampuran bahan makanan melalui proses-proses kimiawi
yakni dengan hidrolisis bahan makanan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
.
3. Proses
reaksinya memecah polisakarida yang merupakan bagian dari bahan makanan dipecah
menjadi monosakarida, protein menjadi asam amino dan trigliserida menjadi
gliserol dan asam lemak, pemecahan-pemecahan dimaksudkan agar menjadi cukup
kecil sehingga dapat menembus dinding intestinal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar